Popular Post

Popular Posts

Posted by : clarissaachan

Saya Anis, kembali akan berdonasi suatu kisah perihal sepasang suami istri yang baru saja menikah lalu tinggal di suatu tempat pegunungan yang jauh dari keramaian dengan kemauan supaya mereka dapat terhindar dari pergaulan, bahaya lalu lintas dan kesalahpahaman dengan orang lain. Di samping itu, dia juga menghindarkan istrinya dari gangguan laki-laki lain yang menyukainya sebab istrinya betul-betul indah sehingga jadi rebutan di kampung asalnya.

Mereka berdua hidup dalam kesunyian, tapi dia tak kesusahan makanan sebab kecuali dia berkebun dan bertani, juga dia rajin ke sungai untuk menangkap ikan sebagai lauknya. Sebagian bulan kemudian, sang istri mulai mengidam, sehingga memerlukan makanan tertentu pantas selera dan kemauannya sebagaimana layaknya perempuan lainnya yang mengidam.

Suatu hari, sang istri menonjol tak sedap perasaannya dan senantiasa emosional dampak dampak dari bayi dalam kandungan yang dikandungnya.

“Mas, boleh ngga meminta bantu sama kau?” tanya sang istri lembut.
“Soal apa dinda?” sang suami balik bertanya dengan lembut pula.
“Saya berharap sekali makan kepiting, Mas. Boleh ngga Mas mencarikan saya?”
“Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita dapat menerima kepiting di puncak gunung seperti ini?” kata sang suami.
“Bantu cari donk. Berusahalah. Pasti Mas dapat menemukannya. Apabila saya nggak permasalahan, namun yang ini nih,” desak sang istri sambil menunjuk bayi dalam kandungan yang ada dalam perutnya.

Sesudah dia menemukan suatu lubang yang agak besar dan dalam, dia lalu memasukkan tangannya ke dalam lubang itu. Malah mencoba mengeluarkan air dan lumpurnya sampai lubang itu bertambah besar dan dalam, hingga-hingga semua badannya dapat masuk. Suluruh tubuhnya berair kuyup dengan lumpur bercampur peluh sebab dia merasa penasaran dan yakin sekali seandainya dalam lubang itu ada kepitingnya.

Dia gemetar betul-betul ketakutan sehingga dengan tanpa sengaja kencingnya menetes keluar lewat kontolnya yang tergantung lemas.

“Wah, ini ada buah-buahan langka dan nampak cantik sekali” sang suami itu mendengar bunyi dari salah seorang yang kakinya nampak itu. Malah orang itu sempat menyentuh dan menarik-narik kontol sang suami yang dikiranya buah-buahan, sehingga sang suami itu kian ketakutan sampai menyebabkan air kencingnya tambah banyak keluar. Dia tidak berharap bergerak sebab takut dikenal seandainya dia yaitu manusia.

“Buah apa itu sahabat?” tanya salah seorang dari mereka yang berdiri itu sambil turut membatasi dan menarik-narik buah tergantung itu.
Kok demikian itu Mas. Ada apa? Mengapa lari seperti orang ketakutan? Mana kepitingnya?” Pertanyaan sang istri bertubi-tubi pada sang suami, tapi dia konsisten belum cakap menjawab sebab betul-betul lelah dan ketakutan.
“Mm.. maaf dinda, saya tak sukses menangkap kepitingnya” jawab sang suami dengan napas terengah-engah.
“Mengapa Mas? Ada permasalahan apa di sungai?” desak sang istri.
“Anu.. Anu dinda. Susah dicokok sebab lubangnya terlalu dalam. Setelah saja yah,” rayu sang suami pada istrinya.
“Masa cuma kepiting tidak dapat dicokok. Apabila gitu kita gantian saja. Mas jaga rumah dan aku yang akan menangkap kepitingnya” ujar sang istri tak tabah.

Setibanya di sungai hal yang demikian, sang istri turun dan hasilnya menemukan lubang yang baru saja disantroni suaminya. Dia juga merasa penasaran dan yakin seandainya dalam lubang itu ada kepitingnya, sehingga buru-buru dia melepaskan semua bajunya supaya tak dekil lalu masuk ke lubang itu dengan posisi seperti posisi suaminya tadi sewaktu dalam lubang. Belum sempat dia memasukkan tangannya ke lengang-lubang kecil yang ada dalam lubang besar itu, tiba-tiba dia mendengar bunyi orang sedang bicara, malah kedengarannya berjalan menuju ke arahnya.

“Wah, celaka sahabat. Kita didahului orang lain. Buah busuk-busuk itu telah tak ada di tempatnya. Rasanya baru saja dipetik orang lain dengan mengaplikasikan pisau tajam. Dia nyatanya” kata salah seorang dari mereka yang berdiri persis di dekat bokong sang istri itu sambil menyentuh, mengelus dan menikam-nusuk lubang genitalia sang istri sebab dianggapnya sebagai bekas petikan/potongan buah tadi.

Kedua orang hutan itu tak ragu lagi seandainya baru ‘buah’ itu baru saja dipetiknya sebab sewaktu dia menyentuh tempatnya, dia menikmati sedikit berair, berlubang dan halus seperti bekas potongan pisau tajam.

“Untung saja vaginaku halus, mulus, putih tanpa ditumbuhi bulu sehelaipun, sehingga mereka tak curiga seandainya itu yaitu daging montok wanita yang sedang berair sebab ketakutan sehingga mengeluarkan air kencing”, demikian pikir sang istri.
“Ayo sahabat, kita cari dan kejar si pemetik buah cita-cita kita itu. Dia pasti belum jauh dari daerah ini, sebab bekas petikannya masih berair dan getahnya masih menetes” ajak salah seorang dari orang hutan itu.

Kamu mereka langsung pergi dan setuju mencari orang yang dicurigai sudah memetik buah busuk-busuk cita-cita mereka itu.

“OK, kita bagi target. Dia ke kiri dan saya ke kanan. Dia pasti masih berada di sekitar sini sebab bau buah-buahan itu masih betul-betul terasa busuknya”. Kata orang hutan yang satunya lagi seperti yang didengar oleh sang istri dikala keduanya baru saja meninggalkan lubang kepiting itu.

Pikir sang istri, bau busuk itu tentunya yaitu bau kentut. Sesudah itu, sang istri terburu-buru keluar lalu pergi meninggalkan lubang itu sambil berlari menenteng bajunya. Setibanya di rumah, keadannya persis sama dengan situasi suaminya dikala mengalami hal serupa. Dia tidak cakap berkata-kata dan susah dia membeberkan kejadian tadi. Mereka saling menyembunyikan apa yang dialaminya di sungai tadi, sedangkan dalam hati mereka saling curiga perihal kemungkinan kejadian yang sama.

Keesokan harinya, sang suami bersama sang istri setuju untuk berangkat bersama-sama ke sungai mencari kembali kepiting dengan keyakinan seandainya kedua orang hutan kemarin itu tak bakal via di situ lagi sebab buah impiannya telah dianggap tak ada lagi. Keduanya segera menuju ke lubang yang masih diyakini ada kepitingnya.

“Mas, coba sekali lagi. Dia saja yang masuk biar aku yang jaga di luar seandainya-seandainya ada orang yang mengamati kita. Sebaiknya buka saja bajunya Mas biar tak dekil” kata sang istri dikala mereka hingga di dekat lubang itu.

“Bagaimana Mas? Saya bisa kepitingnya?” tanya sang istri pada suaminya sambil membungkuk untuk mengamati situasi suaminya dalam lubang.
“Belum dinda, namun telah hampir kutemukan. Sabarlah sejenak dinda”
“Dia kepitingnya Mas. Jika telah menangkapnya” canda sang istri sambil membatasi dan menarik-narik benda yang tergantung di selangkangan sang suami sambil mengakak terbahak-bahak.

Nampaknya sang istri tidak berharap melepas ‘kepiting’ yang dicokoknya itu, bahkan dia kian memainkannya, mengelus dan mengocoknya sampai kepitingnya itu kian keras, membengkak dan membikin pinggul sang suami bergerak-gerak.

“Sudahlah dinda. Jangan ganggu saya dahulu. Kepitingku itu tidak susah dicokok sebab akan datang sendiri ke rumah, malah sejenak di rumah pasti kuserahkan untuk kau makan sepuasnya” canda sang suami.

Saya sang suami telah tidak bendung lagi dipermainkan kontolnya sementara sang istri tidak berharap stop memainkannya, bahkan terlihat menginginkannya dikala itu, karenanya sang suami menentukan keluar dahulu.

“Apabila gitu kita gantian cari kepitingnya dinda. Saya kecapean” kata sang suami sambil keluar dari lubang itu dan digantikan oleh si istri sesudah dia juga menelanjangi dirinya sebab takut akan dekil bajunya.
“Dia yang jaga di luar yah Mas. Bilang seandainya ada orang lain yang mengamati kita, namun jangan variasi-variasi loh..,” kata sang istri.

Sesudah posisi sang istri sama dengan posisi sang suami tadi, tiba-tiba sang suami menyentuh-raba bokongnya lalu turun ke selangkangan dan terus ke genitalia sang istri dan memainkannya seperti halnya dia dipermainkan tadi.

“Wah, ini ‘kepiting’ betinanya telah kutangkap dinda. Suara sekali dan pasti enak dimakan. Boleh saya makan dinda?” tanya sang suami sambil mengelus dan menikam-nusuk lubang genitalia istrinya yang sedang menungging dalam lubang.

Sang istri menonjol menikmatinya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya dalam lubang. Sementara sang suami yang semenjak tadi terstimulus dari dalam lubang tidak berharap stop memainkan, malah adakalanya mengecup dan menjilatinya lalu mengatakan seandainya dia sedang memakan kepitingnya mentah-mentah.

“Ayo Mas. Mana kepitingnya? Adu donk ‘kepiting’nya dengan ‘kepiting’ku” canda sang istri namun menonjol serius sebab memang dia betul-betul telah terstimulus.

Sang suami langsung menasihati mulut ‘kepiting’nya ke mulut ‘kepiting’ sang istri lalu mengadunya. Hasilnya namun pasti, kedua buah langka itu saling bersentuhan di mulut lubang kepiting. Mula-mula sungguh-sungguh susah masuknya sebab ‘kepiting’ sang istri agak masuk ke dalam, tapi sebab sang istri paham dan memang memerlukannya, karenanya bokongnya malahan terdorong sedikit keluar sehingga berada di luar lubang sampai sang suami betul-betul gampang memasukkan kepala ‘kepiting’nya ke dalam mulut ‘kepiting’ sang istri. Melainkan yang dimunculkan dari pertarungan antara kedua ‘kepiting’ langka itu, betul-betul cantik dan terang terdengar sebab berada di mulut lubang, apalagi sedikit berair sebab percampuran antara air khas ‘kepiting’ dengan air sungai serta air lumpur.

“Akhh.. Uuhh.. Ikkhh.. Ookkhh.. Eennakk. Nikkmat sekali kepitingnya Mas. Terus.. Teruss.. Ayo hantam teruss Mass” erang si istri tersentak-sentak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Si suami juga mengerang hal yang serupa.

Mungkin sebab sang istri sudah merasa lelah menungging, dia minta sang suami untuk stop bergerak sebentar, namun sang suami tak menghiraukannya. Kamu sang istri menarik bokongnya masuk lebih dalam sehingga ‘kepiting’ sang suami dengan sendirinya keluar dan lepas dari lubang ‘kepiting’ sang istri, malah perut sang suami dengan keras menghantam mulut lubang yang disantroni sang istri hal yang demikian. Setelah tidak lama sesudah itu, sang istri kembali menjulurkan keluar bokongnya dalam situasi terbalik yaitu tengadah dalam lubang, sehingga mempermudah sang suami memasukkan kembali ‘kepiting’nya ke dalam mulut ‘kepiting’ sang istri. Pertarungan malahan diawali kembali yang diiringi dengan musik khas yang keluar dari pertarungan kedua ‘kepiting’ itu.

“Decak.. Decukk.. Decikk.. Plagg.. Plugghh.. Pologg” bunyi itulah yang mewarnai kesunyian di sungai itu yang dibarengi pula dengan bunyi napas saling mengejar dari kedua mulut pasangan suami istri yang sedang mengidamkan kepiting itu.
“Maass.. Mass, ‘kepiting’ku berharap pipis” kata sang istri dikala sang suami dengan gencarnya menghentakkan ‘kepiting’nya keluar masuk ke mulut ‘kepiting’ sang istri tanpa menghiraukan kata-kata sang istri.
“Biar saja pipis, sebab ‘kepiting’ku juga berharap pipis, biar berbarengan saja” kata sang suami sambil konsisten mempercepat kocokannya dan menyentuh-raba serta meremas-remas kedua benda kenyal yang ada di dada sang istri, sedangkan tanpa memandangnya sebab lokasinya agak ke dalam.
“Nnikkmatnnya kepitingnya yach” secara serentak kedua pasangan itu tiba-tiba menyuarakan kalimat yang sama dikala ‘kepiting’ keduanya berbarengan mengeluarkan cairan hangat yang dianggapnya sebagai air pipis ‘kepiting’.

Kamu keduanya tergolek di tempatnya masing-masng. Sang suami tergolek di luar lubang sementara sang istri di dalam lubang. Sesudah terdiam sebentar, sang istri lalu keluar dan mengecup pipi dan bibir sang suami yang masih tergolek di pinggir sungai.

“Mas, ayo bangun. Kita pulang aja yuk. Kita telah tangkap dan nikmati kepitingnya. Saya telah puas sekali dan tidak bergairah lagi mencari kepiting beneran” kata sang istri sambil membangunkan suaminya dengan bunyi sedikit berbisik di kupingnya.
“Wah kita terlalu jauh mencari kepiting dinda, meskipun ada kepiting yang kita bawa masing-masing. Lebih enak lagi memakannya, malah tidak pernah habis. Ayo dinda, nanti di rumah kita makan lagi kepiting ini.. Ha.. Hha.. Hha” kata sang suami sambil menata kembali bajunya bersama sang istri lalu keduanya mengakak terbahak sambil berpelukan dan berkecupan, lalu kembali ke rumah.

 di rumah, mereka kembali mengadu ‘kepiting’nya sebagian kali dengan posisi yang lebih membuatnya leluasa bergerak.  dikala itu, sang istri tidak pernah lagi minta suaminya untuk mencari kepiting di sungai dan semenjak itu pula kemauannya kepada kepiting sungguhan sirna.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © cerita sex - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -