Popular Post

Popular Posts

Posted by : clarissaachan



Agen Playtech-Sesudah kami berkenalan, lalu kami berdialog sejenak di kantin SMA, Sesudah tak berapa lama, tiba-tiba ia berbisik di alat pendengar aku, katanya, “Kau menawan sekali deh Shinta..”, sambil matanya tertuju pada belahan dada aku. Muka aku segera merah, terkejut dan dadaku berdenyut cepat. Tiba-tiba terdengar bunyi “Pritt…!”, petunjuk bahwa babak ke-2 akan diawali, aku segera mengajaknya balik ke lapangan.

Dalam perjalanan ke lapangan, kami lewat kelas-kelas kosong. Tiba-tiba ia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1, lalu ia segera menutup pintu. Aku segera bertanya padanya, ” Ada apa Indera…, babak ke-2 telah berharap mulai nih…, kau tak takut dicariin pelatih kau?”.
Ia tak membalas pertanyaanku, tetapi segera memelukku dari belakang, dan ia berbisik lagi padaku, “Badan kau baik sekali ya Shin..”.
Aku tak dapat berperilaku apa-apa kecuali berbalik badan dan menatap matanya serta tersenyum padanya.


Agen Slot-Ia segera mengecup bibirku dan aku yang belum pernah berkecupan dengan cowok, tak dapat berperilaku apa-apa kecuali memperbolehkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Sesudah kaprah-kaprah 5 menit bercinta, mulai tangannya menyentuh dan meremas dadaku. Aku pasrah saja padanya, sebab terus jelas aku belum pernah menikmati kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk ke dalam pakaian cheers no.3-ku, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu ia menyingkapkan bajuku dan melepaskan rokku sampai aku tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.

Lalu dia membuka pakaian basket dan celananya, sehingga dia cuma mengenakan celana dalam saja. Menonjol terang di depanku bahwa “penis”-nya telah tegang di balik celana dalamnya. Dia mengendalikan tanganku dan memberi nasehat tanganku ke dalam celana dalamnya. Aku menikmati “penis”-nya yang besar dan tegang itu dan dia memintaku untuk meremas-remas penisnya. Dia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, sesudah aku membuka celana dalamnya, nampak terang penisnya yang telah ereksi. Besar juga pikirku, hampir sejengkal tanganku kaprah-kaprah panjangnya.

Di Baca Juga : terbuai sex akibat pelet

Baru kali ini aku memandang alat kelamin cowok secara segera, umumnya aku cuma memandang dari film biru saja jika aku diajak nonton oleh sahabat-sahabat dekatku. Dikala aku masih terpana memandang penisnya, ia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku. Sesudah dia menyingkirkan baju dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku di atas meja kelas dan dia mulai menjilati puting payudaraku hingga aku benar-benar menggeliat keenakan, kurasakan berair pada bibir kemaluanku, aku baru tahu bahwa inilah yang akan terjadi padaku jika aku benar-benar terstimulasi.

Lalu tangannya yang kekar itu mulai menyentuh bibir kemaluanku dan mulai memainkan clitorisku sambil kadang kala mencubitnya. Aku yang benar-benar terstimulasi tak dapat berperilaku apa-apa kecuali mendesah dan menggeliat di atas meja. Cukup lama dia memainkan tangannya di kemaluanku, lalu dia mulai menjilati bibir komponen bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan clitorisku. Tak lama aku bertahan pada permainannya itu, kaprah-kaprah 5 menit kemudian, aku menikmati darahku naik ke ubun-ubun dan aku menikmati sesuatu kenikmatan yang amat luar awam, badanku meregang dan aku menikmati cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku, Indera tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya hingga cuma air liurnya saja yang membasahi kemaluanku. Badanku terasa lemas sekali, lalu Indera duduk di pinggir meja dan memandangi wajahku yang telah berair bermandikan peluh.
Dia berkata padaku sambil tersenyum, “Kau menonjol capek banget ya Shin…”. Aku cuma tersenyum.

Ia mengambil pakaian basketnya dan mengelap cucuran peluh pada wajahku, aku benar-benar terkagum padanya, “Bagus banget nih cowo”, pikirku. Seperti telah paham, aku jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus-ngelus penisnya, sambil kadang kala menjilati dan menciuminya, aku juga tak tahu bagaimana aku dapat bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku cuma membalas perbuatannya padaku, dan sistem yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.
Indera cuma meregangkan badannya ke belakang sambil mengeluarkan bunyi-bunyi yang malahan makin membuatku mau memasukkan penisnya ke dalam mulutku, tak berapa lama kemudian aku mengendalikan pangkal genitalianya itu dan mulai membimbingnya masuk ke dalam mulutku, terasa benar ujung penisnya itu meraba dinding tenggorokanku dikala hampir segala komponen batang genitalianya masuk ke dalam mulutku, lalu aku mulai memainkan penisnya di dalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan berair lagi, petunjuk jika aku telah benar-benar terstimulasi padanya.

Kaprah-kaprah 5 menit aku menjalankan oral seks pada Indera, tiba-tiba badan Indera yang telah berair dengan peluh itu mulai bergoyang-goyang keras sambil dia berkata, “aarghh…, Aku udah gak bendung lagi nih Shin…, Aku berharap keluarr…”.
Aku yang tak benar-benar memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan penisnya, hingga kurasakan cairan hangat kental putih dan agak asin keluar dari lubang alat kelamin Indera, aku segera mengeluarkan penisnya itu dan seperti kesetanan, aku malahan menelan cairan spermanya, dan malahan menghisap penisnya hingga cairan spermanya benar-benar habis. Aku duduk sejenak di kursi kelas, dan kuperhatikan Indera yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan ritme napasnya yang terengah-engah.

Aku cuma tersenyum padanya, lalu Indera bangun dan menghampiriku, Ia juga cuma tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan situasi bugil dan berair berkeringat.
“Kau menawan dan bagus banget Shin”, katanya tiba-tiba. Aku cuma ngakak kecil dan mulai mengecup bibirnya. Indera membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya ke dalam lubang kemaluanku. Cukup lama kami bercinta, lalu dia berkata, “Shin…, boleh nggak Aku emm…, itumu…”.
“Itu apa Ndra?”, tanya aku.
“Itu…, masa kau gak tahu sih?”, balasnya lagi.
sebelun aku menjawab, aku menikmati kepala batang genitalianya telah meraba bibir kemaluanku. “Crestt.., creest”, terasa ada yang robek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar.
Kemudian Indera berkata, “Shin kau rupanya masih perawan!”, aku cuma dapat tersenyum dan menikmati sedikit perih di kemaluanku terasa agak serat waktu separo genitalianya masuk ke vaginaku. Digerak-gerakan pelan batang genitalianya yang besar melainkan sesudah agak lama entah kenapa rasa sakit itu sirna dan yang ada cuma ada rasa geli, sedap dan sedap dikala Indera menggoyangkan badannya maju mundur perlahan-perlahan aku tak bendung lagi seraya mendesah kecil keenakan. Kemudian kian kencang saja Indera memainkan jurusnya yang maju mundur kadang kala menggoyangnya ke kiri ke kanan, dan dipuntir-puntir putingku yang pink yang kian membuatku menggelepar-gelepar seperti ikan yang dilempar ke daratan.

Peluh telah membasahi badan kita berdua. Aku sadari jika ketika itu perbuatan kita berdua dapat saja dipergoki orang, melainkan aku rasa kemungkinanya kecil sebab kelas itu agak terpencil. “Ahh…, ahh…, ahh”, aku mendesah dengan bunyi kecil sebab takut kedengaran orang lain. Kulihat wajah Indera yang menutup matanya dan terenggah-engah napasnya.

Cukup lama juga Indera bermain denganku, memang benar kata orang jika atlet itu kuat dalam bersenggama. “Ahh…, aww…, aww”, geli dalam lubang kemaluanku tak tertahankan. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan keluar dari dalam vaginaku.
Oh, itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku. Badanku terasa rileks sekali dan mengejang. Mulutku ditutup oleh Indera mungkin dia takut jika aku mendesah terlalu keras. Meja kelas yang agak tua itu bergoyang-goyang sebab ulah kita berdua. Aku masih menikmati bagaimana Indera berupaya untuk menempuh puncak orgasmenya, lalu dia duduk di kursi dan menyuruhku untuk duduk di genitalianya. Aku berdasarkan saja dan perlahan-perlahan aku duduk di genitalianya. Indera mengendalikan pinggulku dan menaik-turunkan diriku. Aku belum pernah aku menikmati kenikmatan yang seperti ini. Aku mendesah-desah dan Indera kian motivasi menaik-turunkan diriku. Lalu badan Indera mengejang dan berkata, “Shin aku berharap keluarr”, kini malahan giliranku yang motivasi mengasah gerakan tubuhku supaya Indera dapat juga menempuh klimaksnya, melainkan lama Indera mengeluarkan penisnya dan terdengar dia mendesah panjang, “Ahh Shin…, Aku keluar”. Kulihat air maninya berceceran di lantai dan beberapa ada yang di meja. Lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. Dia berkata, “Kau nyesel yah Shin?”, aku menggeleng sambil berkata, “Nggak kok Ndra…, sekaligus buat pengalaman bagiku.”

Lalu tangannya yang kekar itu mulai menyentuh bibir kemaluanku dan mulai memainkan clitorisku sambil kadang kala mencubitnya. Aku yang benar-benar terstimulasi tak dapat berperilaku apa-apa kecuali mendesah dan menggeliat di atas meja. Cukup lama dia memainkan tangannya di kemaluanku, lalu dia mulai menjilati bibir komponen bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan clitorisku. Tak lama aku bertahan pada permainannya itu, kaprah-kaprah 5 menit kemudian, aku menikmati darahku naik ke ubun-ubun dan aku menikmati sesuatu kenikmatan yang amat luar awam, badanku meregang dan aku menikmati cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku, Indera tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya hingga cuma air liurnya saja yang membasahi kemaluanku. Badanku terasa lemas sekali, lalu Indera duduk di pinggir meja dan memandangi wajahku yang telah berair bermandikan peluh.
Dia berkata padaku sambil tersenyum, “Kau menonjol capek banget ya Shin…”. Aku cuma tersenyum.

Ia mengambil pakaian basketnya dan mengelap cucuran peluh pada wajahku, aku benar-benar terkagum padanya, “Bagus banget nih cowo”, pikirku. Seperti telah paham, aku jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus-ngelus penisnya, sambil kadang kala menjilati dan menciuminya, aku juga tak tahu bagaimana aku dapat bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku cuma membalas perbuatannya padaku, dan sistem yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.
Indera cuma meregangkan badannya ke belakang sambil mengeluarkan bunyi-bunyi yang malahan makin membuatku mau memasukkan penisnya ke dalam mulutku, tak berapa lama kemudian aku mengendalikan pangkal genitalianya itu dan mulai membimbingnya masuk ke dalam mulutku, terasa benar ujung penisnya itu meraba dinding tenggorokanku dikala hampir segala komponen batang genitalianya masuk ke dalam mulutku, lalu aku mulai memainkan penisnya di dalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan berair lagi, petunjuk jika aku telah benar-benar terstimulasi padanya.

Kaprah-kaprah 5 menit aku menjalankan oral seks pada Indera, tiba-tiba badan Indera yang telah berair dengan peluh itu mulai bergoyang-goyang keras sambil dia berkata, “aarghh…, Aku udah gak bendung lagi nih Shin…, Aku berharap keluarr…”.
Aku yang tak benar-benar memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan penisnya, hingga kurasakan cairan hangat kental putih dan agak asin keluar dari lubang alat kelamin Indera, aku segera mengeluarkan penisnya itu dan seperti kesetanan, aku malahan menelan cairan spermanya, dan malahan menghisap penisnya hingga cairan spermanya benar-benar habis. Aku duduk sejenak di kursi kelas, dan kuperhatikan Indera yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan ritme napasnya yang terengah-engah.

Aku cuma tersenyum padanya, lalu Indera bangun dan menghampiriku, Ia juga cuma tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan situasi bugil dan berair berkeringat.
“Kau menawan dan bagus banget Shin”, katanya tiba-tiba. Aku cuma ngakak kecil dan mulai mengecup bibirnya. Indera membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya ke dalam lubang kemaluanku. Cukup lama kami bercinta, lalu dia berkata, “Shin…, boleh nggak Aku emm…, itumu…”.
“Itu apa Ndra?”, tanya aku.
“Itu…, masa kau gak tahu sih?”, balasnya lagi.
sebelun aku menjawab, aku menikmati kepala batang genitalianya telah meraba bibir kemaluanku. “Crestt.., creest”, terasa ada yang robek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar.
Kemudian Indera berkata, “Shin kau rupanya masih perawan!”, aku cuma dapat tersenyum dan menikmati sedikit perih di kemaluanku terasa agak serat waktu separo genitalianya masuk ke vaginaku. Digerak-gerakan pelan batang genitalianya yang besar melainkan sesudah agak lama entah kenapa rasa sakit itu sirna dan yang ada cuma ada rasa geli, sedap dan sedap dikala Indera menggoyangkan badannya maju mundur perlahan-perlahan aku tak bendung lagi seraya mendesah kecil keenakan. Kemudian kian kencang saja Indera memainkan jurusnya yang maju mundur kadang kala menggoyangnya ke kiri ke kanan, dan dipuntir-puntir putingku yang pink yang kian membuatku menggelepar-gelepar seperti ikan yang dilempar ke daratan.

Peluh telah membasahi badan kita berdua. Aku sadari jika ketika itu perbuatan kita berdua dapat saja dipergoki orang, melainkan aku rasa kemungkinanya kecil sebab kelas itu agak terpencil. “Ahh…, ahh…, ahh”, aku mendesah dengan bunyi kecil sebab takut kedengaran orang lain. Kulihat wajah Indera yang menutup matanya dan terenggah-engah napasnya.

Cukup lama juga Indera bermain denganku, memang benar kata orang jika atlet itu kuat dalam bersenggama. “Ahh…, aww…, aww”, geli dalam lubang kemaluanku tak tertahankan. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan keluar dari dalam vaginaku.
Oh, itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku. Badanku terasa rileks sekali dan mengejang. Mulutku ditutup oleh Indera mungkin dia takut jika aku mendesah terlalu keras. Meja kelas yang agak tua itu bergoyang-goyang sebab ulah kita berdua. Aku masih menikmati bagaimana Indera berupaya untuk menempuh puncak orgasmenya, lalu dia duduk di kursi dan menyuruhku untuk duduk di genitalianya. Aku berdasarkan saja dan perlahan-perlahan aku duduk di genitalianya. Indera mengendalikan pinggulku dan menaik-turunkan diriku. Aku belum pernah aku menikmati kenikmatan yang seperti ini. Aku mendesah-desah dan Indera kian motivasi menaik-turunkan diriku. Lalu badan Indera mengejang dan berkata, “Shin aku berharap keluarr”, kini malahan giliranku yang motivasi mengasah gerakan tubuhku supaya Indera dapat juga menempuh klimaksnya, melainkan lama Indera mengeluarkan penisnya dan terdengar dia mendesah panjang, “Ahh Shin…, Aku keluar”. Kulihat air maninya berceceran di lantai dan beberapa ada yang di meja. Lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. Dia berkata, “Kau nyesel yah Shin?”, aku menggeleng sambil berkata, “Nggak kok Ndra…, sekaligus buat pengalaman bagiku.”

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © cerita sex - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -